PERKEMBANGAN
KOTA BOGOR
DARI
MASA KE MASA
my.syahbandar@gmail.com
Kota Bogor adalah salah satu kota di Jawa Barat yang
secara geografis terletak pada 106048' Bujur Timur dan 6036'
Lintang Selatan. Secara administrasi wilayah Kota Bogor dikelilingi oleh
wilayah Kabupaten Bogor. Dengan luas wilayah
Kota Bogor 11.850 hektar, terdiri dari
6 (enam) kecamatan, 22 kelurahan dan 46
desa. Ada beberapa pendapat atas asal-usul penamaan kota Bogor.
Salah satunya adalah berasal dari nama Bogor itu
sendiri, karena nama bogor berarti tunggul kawung, enau atau aren. Pendapat ini
ditemukan dalam pantun yang berjudul "Ngadegna Dayeuh Pajajaran" yang
dituturkan Pak Cilong. Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam
Pemerintahan. Pakuan sebagai pusat Pemerintahan Pajajaran terkenal pada
pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda Maharaja) yang penobatanya tepat pada
tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari jadi Bogor .
Selama perjalananya hingga sekarang
Kota Bogor memiliki perkembangan kota yang sangat panjang, Tata ruang sebagai
instrument arahan pengembangan kota memiliki peranan penting dalam
pembentukan Kota Bogor itu sendiri, Menurut
Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, perkembangan Tata Ruang Kota Bogor
dibagi dalam tiga fase perkembangan berdasarkan iklim politik, kemajuan teknologi, serta kondisi sosial ekonomi yang
berlaku pada masa ke masanya, yang
akan menentukan corak pembangunan. Fase
pertama adalah Masa Pajajaran (1482-1579), yang di mulai sejak masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja
atau Prabu Siliwangi (1482-1521)
hingga masa pemerintahan Ragamulya Suryakencana (1567-1579). Fase
kedua, adalah masa penjajahan (1684-1945),
Fase ketiga adalah masa kemerdekaan
yang dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia sampai dengan sekarang..
Perkembangan Bentuk Kota Bogor
Fase Masa Pajajaran (1482-1579)
Berdasarkan Badan Perencanaan Daerah, Kota Bogor mengalami
perkembangan bentuk kota dan fungsi sejak masih sebagai ibu kota Pakuan
pada masa Pajajaran hingga saat ini.
pada masa pajajaran, Kota Bogor berfungsi sebagai kota pusat kerajaan yang
artinya sebagai pusat pemerintahan
Kerajaan Pajajaran. Pada masa Pajajaran
Bentuk Kota Bogor cenderung linier memanjang dari arah barat laut
kearah tenggara, dengan komponen fisik
"perkotaan" yang sangat sederhana terdiri atas sebuah keraton,
alun-alun dalam, alun-alun luar, benteng dan gerbang
kotaraja. Kota Bogor pada masa Pajajaran ini sempat "menghilang" selama kira-kira satu abad
seiring dengan sirnanya Pajajaran pada tahun 1579.
Fase Fase
kedua, adalah masa penjajahan (1684-1945)
Periode pertama masa Penjajahan Kota Bogor kembali dibangun
ditandai dengan dibangunnya sebuah tempat peristirahatan
di lokasi Istana Bogor yang sekarang diberi nama Buitenzorg atas prakasa
Baron Van Imhoff sekitar tahun 1745. Pada
periode pertama masa Penjajahan ini Kota Bogor memiliki fungsi sebagai
tempat peristirahatan dan pusat pemerintahan yang masih sederhana dengan bentuk kota linier dan komponen fisik kota sederhana,
yaitu terdiri atas sebuah taman, sebuah “villa”, sebuah tempat penelitian
pertanian, sebuah pasar, dan semacam pusat pemerintahan kabupaten. Pada periode
kedua masa Penjajahan yaitu sejak perubahan politik Kolonial Belanda. tahun
1870 hingga menjelang Proklamasi
Fase ketiga (Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai dengan sekarang)
Sejak Kemerdekaan, Kota Bogor sudah mulai menunjukkan oder dan sifat
“kekotaan” dan telah mempunyai fungsi yang majemuk, yaitu sebagai pusat
administrasi pemerintahan, pusat penelitian pertanian dan sebagai kota tempat tinggal dengan segala fasilitas
kotanya. Bentuk kotanya adalah linier
sepanjang jalan utama yang menghubungkan Kota Bogor dengan Jakarta dan Sukabumi. Perubahan
bentuk Kota Bogor terjadi sejak periode pertama masa kemerdekaan yang berubah dari linear menjadi semi konsentrik dengan titik
pusat di sekitar lokasi Kebun Raya, pada periode kedua masa Kemerdekaan yaitu sejak Kota Bogor menjadi Kotamadya
Daerah Tingkat II Bogor (1974) hingga
menjelang tahun 1995 bentuk kotanya adalah dari semi konsentrik berubah menjadi konsentrik.
Pada periode ketiga masa Kemerdekaan (1995- sampai dengan sekarang) yang dimulai sejak perluasan wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor
(1995) hingga pada saat sekarang, Kota Bogor telah menjelma menjadi kota modern dengan multifungsi. Struktur kotanya
berbentuk konsentrik dengan titik pusat di sekitar lokasi Balaikota.
Banyaknya fungsi yang diemban oleh Kota Bogor juga menunjukkan kompleksitas perkembangan fisik kotanya. Kota
ini, mengalir tanpa arah yang jelas dan tanpa disertai sebuah perencanaan
penataan kota berjangka panjang. Itulah yang antara lain mengakibatkan
munculnya berbagai persoalan perkotaan sebagaimana yang dihadapi dan dirasakan
pada saat ini, seperti diantaranya masalah transportasi, masalah lingkungan dan
pemukiman, hal itu pula yang menjadikan Kota Bogor terkenal dengan berbagai
julukan, antara lain kota terkotor, hingga kota sejuta angkot. Dengan keadaan
saat ini akankah Kota Bogor akan tetap menjadi Kota yang nyaman seperti dulu.
Gambar : Penggunaan Lahan Kota Bogor tahun 2005 dan Foto-foto perkembangan penggunaan Lahan
(ket.gambar di atas)
- Pedagang kaki lima merupakan permasalahan perkotaan yang di alami Kota Bogor, para PKL menggunakan trotoar, hingga badan jalan sebagai tempat berjualan.
- Pembangunan pemukiman yang tidak tidak teratur menjadi permalahan yang serius di Kota Bogor
- Transportasi (Kemacetan) merupakan salah satu masalah utama di Kota bogor, dengan banyaknya jumlah angkot maka munculah sebutan “Kota Sejuta angkot” bagi Kota Bogor.
- Perbandingan penggunaan lahan tahun 1875 dan 2005 menandakan perkembangan Kota Bogor dari waktu ke waktu (Lokasi : Jalan Surya Kencana)
- Sekitar Tanjakan Empang tahun 1900 dan kini menjadi Pusat Perbelanjaan Bogor Trade Mall.
Sumber:diolah dari berbagai sumber
sarekeun :D
BalasHapus