Jumat, 30 Maret 2012

PERKEMBANGAN KOTA BOGOR DARI MASA KE MASA

PERKEMBANGAN  KOTA BOGOR
DARI MASA KE MASA
my.syahbandar@gmail.com


Kota Bogor adalah salah satu kota di Jawa Barat yang  secara geografis terletak pada 106048' Bujur Timur dan 6036' Lintang Selatan. Secara administrasi wilayah Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor. Dengan luas wilayah Kota Bogor 11.850 hektar, terdiri dari 6 (enam) kecamatan, 22 kelurahan dan 46 desa. Ada beberapa pendapat atas asal-usul penamaan kota Bogor.  Salah satunya  adalah berasal dari  nama Bogor itu  sendiri, karena nama bogor berarti tunggul kawung, enau atau aren. Pendapat ini ditemukan dalam pantun yang berjudul "Ngadegna Dayeuh Pajajaran" yang dituturkan Pak Cilong. Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan.  Pakuan sebagai pusat Pemerintahan Pajajaran terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda Maharaja) yang penobatanya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari jadi Bogor .
Selama perjalananya hingga sekarang Kota Bogor memiliki perkembangan kota yang sangat panjang, Tata ruang sebagai instrument arahan pengembangan  kota memiliki peranan penting dalam pembentukan Kota Bogor itu sendiri, Menurut Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, perkembangan Tata Ruang Kota Bogor dibagi dalam tiga fase perkembangan berdasarkan  iklim politik, kemajuan teknologi, serta kondisi sosial ekonomi yang berlaku pada masa ke masanya, yang akan menentukan corak pembangunan. Fase pertama adalah Masa Pajajaran (1482-1579), yang di mulai sejak masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (1482-1521) hingga masa pemerintahan Ragamulya Suryakencana (1567-1579).  Fase kedua, adalah  masa penjajahan (1684­-1945), Fase ketiga adalah masa kemerdekaan yang dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai dengan sekarang..
Perkembangan Bentuk Kota Bogor
Fase Masa Pajajaran (1482-1579)
Berdasarkan Badan Perencanaan Daerah,  Kota Bogor  mengalami perkembangan bentuk kota dan fungsi sejak masih sebagai  ibu kota Pakuan  pada masa Pajajaran hingga saat ini. pada masa pajajaran, Kota Bogor berfungsi sebagai kota pusat kerajaan yang artinya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran. Pada masa Pajajaran Bentuk Kota Bogor cenderung linier memanjang dari arah barat laut kearah tenggara, dengan komponen fisik "perkotaan" yang sangat sederhana terdiri atas sebuah keraton, alun-alun dalam, alun-alun luar, benteng dan gerbang kotaraja. Kota Bogor pada masa Pajajaran ini sempat "menghilang" selama kira-kira satu abad seiring dengan sirnanya Pajajaran pada tahun 1579.
Fase Fase kedua, adalah masa penjajahan (1684­-1945)
Periode pertama masa  Penjajahan Kota Bogor  kembali dibangun ditandai dengan dibangunnya sebuah tempat peristirahatan di lokasi Istana Bogor yang sekarang diberi nama Buitenzorg atas prakasa Baron Van Imhoff sekitar tahun 1745. Pada periode pertama masa Penjajahan ini Kota Bogor memiliki fungsi sebagai tempat peristirahatan dan pusat pemerintahan yang masih sederhana dengan  bentuk kota linier dan komponen fisik kota sederhana, yaitu terdiri atas sebuah taman, sebuah “villa”, sebuah tempat penelitian pertanian, sebuah pasar, dan semacam pusat pemerintahan kabupaten. Pada periode kedua masa Penjajahan yaitu sejak perubahan politik Kolonial Belanda. tahun 1870 hingga menjelang Proklamasi
Fase ketiga (Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai dengan sekarang)
Sejak Kemerdekaan, Kota Bogor sudah mulai menunjukkan oder dan sifat “kekotaan” dan telah mempunyai fungsi yang majemuk, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat penelitian pertanian dan sebagai kota tempat tinggal dengan segala fasilitas kotanya. Bentuk kotanya adalah linier sepanjang jalan utama yang menghubungkan Kota Bogor dengan Jakarta dan Sukabumi. Perubahan bentuk Kota Bogor terjadi sejak periode pertama masa kemerdekaan yang berubah dari linear menjadi semi konsentrik dengan titik pusat di sekitar lokasi Kebun Raya, pada periode kedua masa Kemerdekaan yaitu sejak Kota Bogor menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor (1974) hingga menjelang tahun 1995 bentuk kotanya adalah dari semi konsentrik berubah menjadi konsentrik.
Pada periode ketiga masa Kemerdekaan (1995- sampai dengan sekarang) yang dimulai sejak perluasan wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor (1995) hingga pada saat sekarang, Kota Bogor telah menjelma menjadi kota modern dengan multifungsi. Struktur kotanya berbentuk konsentrik dengan titik pusat di sekitar lokasi  Balaikota. Banyaknya fungsi yang diemban oleh Kota Bogor juga menunjukkan kompleksitas  perkembangan fisik kotanya. Kota ini, mengalir tanpa arah yang jelas dan tanpa disertai sebuah perencanaan  penataan kota berjangka panjang. Itulah yang antara lain mengakibatkan munculnya berbagai persoalan perkotaan sebagaimana yang dihadapi dan dirasakan pada saat ini, seperti diantaranya masalah transportasi, masalah lingkungan dan pemukiman, hal itu pula yang menjadikan Kota Bogor terkenal dengan berbagai julukan, antara lain kota terkotor, hingga kota sejuta angkot. Dengan keadaan saat ini akankah Kota Bogor akan tetap menjadi Kota yang nyaman seperti dulu.


Gambar : Penggunaan Lahan Kota Bogor tahun 2005 dan Foto-foto perkembangan  penggunaan Lahan 
(ket.gambar di atas) 
  1. Pedagang kaki lima merupakan permasalahan perkotaan yang di alami Kota Bogor, para PKL         menggunakan trotoar, hingga badan jalan sebagai tempat berjualan.
  2. Pembangunan pemukiman yang tidak  tidak  teratur  menjadi permalahan yang serius di Kota Bogor
  3. Transportasi (Kemacetan)  merupakan salah satu masalah utama  di Kota bogor, dengan banyaknya jumlah angkot maka munculah sebutan  “Kota Sejuta angkot”  bagi Kota Bogor.
  4. Perbandingan penggunaan lahan tahun 1875 dan 2005 menandakan perkembangan Kota Bogor dari waktu ke waktu  (Lokasi : Jalan Surya Kencana)
  5. Sekitar Tanjakan Empang tahun 1900  dan kini menjadi Pusat Perbelanjaan  Bogor Trade Mall.

Sumber:diolah dari berbagai sumber